Thursday 15 September 2011

Haryo Songosongo adalah anak dari Setyaki, patih negara Dwarawati. Sebelum mengabdi ke Dwarawati, Setyaki adalah anak Raja Lesanpura. Akan tetapi Haryo Songosongo tetap di Lesanpura. Karena dialah yang digadang-gadang menjadi pewaris tahta Kerajaan Lesanpura menggantikan Raja Lesanpura yaitu Setyajid alias Ugrasena, kakeknya.
Haryo Songosongo adalah seorang prajurit gagah berani dan pantang mundur. Haryo Songosongo memiliki tipe yang bicaranya singkat, tegas dan serba penting, mencerminkan wataknya yang berjiwa prajurit. Bukan tipe prajurit yang gentar ketika melihat kekuatan musuh. Tidak jatuh mentalnya ketika melihat rival. Dan itulah yang justeru kini banyak diungkapkan oran-orang yang sedang bertanding. Entah itu bertanding dalam bentuk perlombaan dengan banyak peserta atau tanding satu lawan satu. Seperti cerita seseorang yang merasa sudah kalah ketika lomba belum dimulai. “Waduh, lha lawannya kayak gitu, sementara aku hanya memiliki kemampuan yang pas-pasan. Wah… gimana, ya” Senada dengan itu kira-kira yang sering kita dengar dari orang-orang yang kalah sebelum bertanding.
Kita tentunya masih ingat pertandingan sepak bola antara Timnas Indonesia melawan Iran beberapa waktu lalu. Hampir semua pemain dan oficial tim tidak memiliki gambaran untuk menang melawan Iran. Bahkan komentator di TV-TV pun hanya berujar, “Kita tahu diri, lah. Minimal kita bisa mengimbangi permainan iran. Sehingga kita bisa membawa pulang minimal satu poin (hasil seri). Pikir saya waktu itu kok, tidak dikobarkan semangat pada para pemain. Kok, sudah seolah merelakan kalah sebelum bertanding. Kalau semangat terus dipupuk, kegigihan tingkatkan luar biasa, dan optimisme selalu dijaga, tentunya dengan usaha yang menunjang, bisa jadi kita akan melihat hasil yang berbeda. Seperti halnya kegigihan dan ketidakgentaran Haryo Songosongo tidak gentar entah siapa pun musuh tanding di hadapannya.

Kegigihan, ketegasan, dan keadilan yang dimiliki Haryo Songosongo inilah yang digadang-gadang menjadi pewaris negeri Lesanpura menggantikan kakeknya, Ugrasena. Akan tetapi, tak lama rakyat Lesanpura merasakan kemakmuran di bawah raja baru Haryo Songosongo, perang besar Bratayuda ditabuh. Haryo Songosongo akhirnya turun ke medan laga membela Pandawa yang harus berperang melawan sepupunya Kurawa. Di medan perang Kurusetra Haryo Songosongo mengamuk. Menjadi prajurit yang begitu ditakuti lawan. Ngeri rasanya setiap prajurit Kurawa setiap melihat gelagat Haryo Songosongo. Sehingga kehadiran Haryo Songosongo di Kurusetra membela Pandawa ini menjadikan kekuatan yang begitu besar bagi Pandawa. Begitulah seharusnya watak kita sebagai orang beriman. Andai setiap musuh melihat kita, maka mereka akan gentar dan ciut nyali. Maka tidak heran kalau dalam Al Quran bahwa seorang yang beriman mampu mengalahkan 200 orang musuh. Mengalahkan dalam segala hal. Seharusnya begitu. Dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi, lebih-lebih pribadi dan kultur untuk membangun peradaban. Kita seharusnya pemenangnya.

Kembali ke Haryo Songosongo. Karena jasanya, setelah perang Bharatayuda berakhir, ia diangkat sebagai senapati perang negara Astina di bawah pemerintahan Prabu Parikesit. Jabatan raja negara Lesanpura kemudian ia serahkan kepada putranya, Arya Nabantara.
Categories:

0 komentar:

Post a Comment

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!