Sunday 16 October 2011


Kalau kamu ingin dicintai oleh setiap orang tanpa satupun orang yang membencimu, maka berlaku zuhudlah ....

Setiap orang memiliki pengalaman dibenci dan dicintai. Setiap orang pernah disanjung-sanjung oleh seseorang atau sekelompok orang. Akan tetapi sebaliknya ia juga pasti pernah merasakan menjadi bagian yang terbuang atau tak diharapkan kehadirannya oleh seseorang atau sekelompok orang. Itulah warna-warni kehidupan dunia ini. Yang akan menjadikan kedewasaan seseorang terus bertambah. Yang akan menjadikan kearifan seseorang terasah. Yang akan menjadikan kesabaran seseorang begitu kuatnya.
Namun, Rasulullah memberikan tips dalam hal pergaulan dengan sesama manusia ini. Kalau ingin semua orang di sekeliling kita. Bahkan orang yang tidak kita kenal mencintai kita. Menyayangi kita, maka kuncinya adalah kita harus bersikap zuhud. Zuhud tidak hanya mendatangkan cinta dari orang-orang di sekeliling kita atau pun orang-orang yang tidak kita kenal di dunia ini. Akan tetapi zuhud juga menjadikan Allah dan penduduk langit (malaikat) memberikan cintanya kepada kita. Dalam sabdanya, Rasullah mengungkapkan: "Berlaku zuhud lah di dunia, pasti dicintai oleh Allah dan berlaku zuhud lah terhadap milik orang lain, pasti di cintai oleh sesama manusia."
Bisa dibayangkan bagaiman bila kita disanyangi oleh penduduk langit. Tentunya kita akan mendapatkan doa-doa dari mereka. Dan kita tentu tahu bahwa doa setiap penduduk langit itu tidak akan pernah tertolak. Doa mereka akan selalu dikabulkan oleh Allah swt, Allah Al Wahhab, Ar Rahman, Ar Rahim.
Lantas, apakah gerangan yang dimaksud dengan zuhud itu? Kok sedemikian hebatnya perilaku yang satu ini?
Zuhud adalah sikap mental, perilaku, sifat diri yang mampu melepaskan diri dari keterikatan terhadap dunia. Artinya orang yang zuhud tidak diperbudak oleh duniawi. Ia meninggalkan ketamakan terhadap duniawi. Ia menyadari betul bahwa kelak akan hidup di kehidupan yang kekal. Sehingga untuk kehidupan yang kekal itulah ia mempersiapkan diri. Untuk akhirat itulah segala perbuatan dipertimbangkan. Kira-kira keputusannya itu bermanfaaat untuk akhiratnya atau tidak. Atau bahkan malah merugikannya di akhirat.
Orang yang zuhud tidak mengukur segala sesuatu berdasarkan ukuran dunia. Orang zuhud tidak materialistis. Ia bertampilan sederhana, meskipun sebenarnya ia mampu bergaya hidup mewah, hidup serba enak, apa-apa dipenuhi. Sebagai contoh adalah perilaku yang pernah ditunjukkan oleh Sunan Kalijaga semasa masih muda. Ia adalah seorang keluarga kerajaan. Andai ia mau, ia bisa hidup di dalam istana dengan enak. Makan tercukupi, pakaian dari bahan yang terbaik, fasilitas hidup tercukupi dengan pelayanan yang terbaik di kerajaan. Akan tetapi ia malah memilih sebaliknya. Ia berkelana dengan menanggalkan segala bentuk pelayanan kerajaan yang diberikan kepadanya. Ia hidup apa adanya sebagaimana seorang pengembara. Ia rela memenuhi kehidupannya dengan kerja keras dan makan dari hasil keringat sendiri. itulah sedikit contoh perilaku zuhud.
Namun zuhud bukan berarti meninggalkan hiruk pikuk dunia ini sama sekali. Makan minum serba sedikit. Penampilan kusut. Rambut acak-acakan. Orang zuhud tidak hidup menyengsarakan diri, berpakaian compang-camping, menyakiti diri, atau meninggalkan tanggung jawabnya sebagai pribadi, keluarga, masyarakat demi beribadah saja. Namun ia tetap sebagai pribadi yang hidup di tengah keluarga dan masyarakat.
Jadi teringat hadits Rasulullah: “Demi Allah, sesungguh nya aku ini adalah orang yang tertaqwa di antara kamu semua kepada Allah dan paling takut kepada Nya, tetapi aku juga berpuasa dan berbuka, aku juga bersembahyang ( malam ) tetapi juga tidur, juga aku kahwin dengan para wanita. Maka barangsiapa yang enggan pada cara perjalanan ku, maka ia bukanlah termasuk dalam golongan ku. “
Zuhud bukan berarti meninggalkan dan melupakan kebutuhan dunia. Orang yang zuhud tetap memikirkan kebutuhan dunia. Hanya saja dalam mencukupi kebutuhan dunia tidak sampai melupakannya dan memalingkannya dari beribadah dan taat kepada Allah swt.
Kebanyakan orang dalam kehidupan saat ini adalah mereka yang belum mampu berlaku zuhud. Mereka terpedaya oleh indahnya duniawi. Entah itu berupa harta benda, jodoh, jabatan, anak atau yang lain. Duniawi menjadikan ia lupa tugasnya dan lupa kewajibannya terhadap Allah swt. Kekurangmampuan manusia dalam bersikap zuhud salah satunya disebabkan oleh sifat iri dan dengki. Ia iri tatkala tetangga atau temannya mendapatkan harta yang lebih. Maka ia sekuat tenaga mengumpulkan harta benda hingga lupa urusan ibadah.
Manusia juga tidak mampu bersikap zuhud juga bisa diakibatkan karena sikap sombong. Ia ingin mendapat predikat sebagai orang yang kerja keras, profesional, kaya, berjabatan tinggi lantas melupakan ibadah. Bahkan menghalalkan segala cara agar predikat itu terpenuhi. A'udzubillah.

Monday 10 October 2011


Ugraseno atau Haryo Ugroseno. Dialah kakek Haryo Songosongo. Ugrasena ketika dinobatkan menjadi raja di Lesanpura bergelar Raden Setyajid. Haryo Ugroseno memiliki saudara kandung Basudewo, Dewi Kunti, dan Prabu Rukmo. Basudewo di kemudian hari menjadi Raja di Mandura. Sedangkan Kunti adalah ibu pandawa. Sehingga Pandawa dengan Setyaki (ayah dari Haryo Songosongo) itu saudara sepupu.
Ugroseno kemudian menikah dengan Dewi Wersini. Seorang bidadari yang cantik jelita. Dengan Dewi Wersini ia memiliki putra yaitu Setyaki dan Setyaboma. Keduanya kemudian berpindah ke Dwarawati. Setyaboma menjadi permaisuri Raja Dwarawati yaitu Prabu Kresna. Sedangkan Setyaki menjadi panglima kerajaan Dwarawati. Dan dari Setyaki inilah lahir sang pewaris negeri: Haryo Songosongo.
Ugrasena memiliki watak pemberani dan sangat cerdik. Ia sangat lihai memainkan senjata gada. Saat terjadi penyerangan ke Suralaya yang dilakukan oleh Prabu Kalaruci dari Kerajaan Karanggubarja, Ugrasena dengan gagah berani berhasil membinasakan Prabu Kalaruci. Padahal Prabu Kalaruci adalah seorang raja raksasa yang beringasan. Atas keberaniannya dan keberhasilannya membinasakan Kalaruci ini Ugrasena kemudian dihadiahi Dewi Wersini untuk diperistri. Tidak itu saja. Oleh Batara Guru, wilayah Karanggubarja kemudian dihadiahkan untuk Ugrasena. Ugrasena kemudian mengganti nama menjadi negara Lesanpura.
Secara tidak resmi Arya Ugrasena juga mengawini Ken Sagupi, swaraswati Keraton Mandura, dan memperoleh dua orang putra bernama; Arya Pragota dan Arya Adimanggala.
Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!