Tuesday 30 October 2012

Contoh Perilaku Ghibah
Pada suatu ketika aku disuruh ibuku untuk membeli tleur ke warung. Warung itu agak jauh dari rumahku. Aku mulai berjalan. Di tengah perjalanan aku menemui serombongan ibu-ibu yang akan arisan. Aku perlahan mengikuti di belakang ibu-ibu itu. Dari rombongan ibu-ibu itu aku mendengar pembicaraan oleh mereka. Mereka membicarakan tetangganya yang sangat sombong dan sering memamerkan kekayaan dan barang-barang yang dimilikinya.
Mereka memperbincangkan keburukan tetangganya. Itu namanya ghibah. Ghibah itu seperti memakan daging saudaranya yang sudah mati. Itu perbuatan buruk dan dosa.
Dituturkan oleh Bayu Wibisono Kelas 8A.

Contoh Perilaku Hasad
Pak Ahmad adalah seorang pedagang bakso yang jujur dan memiliki penghasilan yang cukup besar. Pak Doni salah seorang teman pak Ahmad yang juga berprofesi sebagai penjual bakso. Pak Doni merasa tidak senang apabila Pak Ahmad mendapatkan penghasilan yang lebih dari dirinya. Ia merasa tersaingi dan terkalahkan oleh Pak Ahmad. Maka pak Doni kemudian berencana untuk membuat dagangan Pak Ahmad tidak laku. Ia menyiarkan kepada setiap orang bahwa dagangan Pak Ahmad itu baksonya terbuat dari daging tikus. Padahal bakso Pak Ahmad itu terbuat dari daging sapi.
Dituturkan oleh Dyah Nurmawati Kelas 8A








Friday 5 October 2012


Sungguh terenyak saat mendengar tawuran pelajar yang menewaskan seorang siswa salah satu sekolah favorit di Ibukota. Entah apa yang terjadi dengan dunia pendidikan di Indonesia belakangan ini. Para guru yang dibuai dengan tunjangan sertifikasi, yang seharusnya bekerja lebih ekstra justeru kecolongan dengan aksi tawuran antar pelajar. Maraknya jargon sekolah gratis, pendidikan gratis tapi tak diimbangi dengan output yang bisa dibanggakan. Ujian Nasional yang terus menuai pro dan kontra. Dan sederet masalah di dunia pendidikan Indonesia saat ini barangkali cukup sebagai dasar pemakluman bahwa para pejabat akhirnya menjadi korup dan kurang bermoral. Artinya kalau dunia pendidikan memiliki sederet masalah yang cukup pelik, maka para pejabat yang dihasilkan dari dunia pendidikan itu adalah para pejabat dengan mental yang tidak baik. Mental yang tidak baik ini ditandai dengan perilakunya yang korup, selingkuhan, congkak, sombong dan begitu-begitu, lah.
Di dalam kondisi yang demikian itu muncul pula pemberitaan dari sebuah tv swasta di Indonesia yang menyatakan bahwa kegiatan ekstrakurikuler yang berbasis di masjid-masjid sekolah (rohis) adalah sarana untuk membentuk teroris. Padahal justeru rohislah yang digadang-gadang oleh berbagai fihak sebgai setitik cahaya di dalam kegelapan. Di rohislah para pemuda, siswa siswi sekolah dididik berorganisasi secara benar, mengkaji ilmu-ilmu agama, berlatih menanamkan akhlak yang baik untuk berperilaku etika yang baik, belajar sopan santun akhlak mulia yang jauh dari kekerasan, jauh dari dendam, emosi, tipu muslihat. Namun sangat disayangkan justeru kegiatan sangat positif itu diterka sebagai wahana tumbuh kembangnya terorisme. Terorisme yang merupakan sebuah kata yang tidak diketahui hulu dan hilirnya, ujung dan pangkalnya. Siapa, untuk apa, mengapa, dan sebagainya.
Sampai kemudian muncul pula duga-duga bahwa generasi muda Indonesia memang sedang dalam proses dirusak agar kemudian menjadi bangsa yang gagal mendidik putra-putrinya dan akhirnya hancurlah bangsa ini. Seringlah kita mendengar bahwa pemuda adalah tulang punggung bangsa. Bangsa akan hancur kalau pemudanya hancur mentalnya. Terbelakang kreativitas dan kecakapannya. Dan jauh sekali tertinggal dari generasi muda dari bangsa lain di dunia. Kalau pun ada yang terkecuali dari kondisi itu, barangkali sunatullah yang hanya segelintir saja untuk membahagiakan rasa dan pelipur bagi generasi tua.
Generasi muda, pelajar, remaja Indonesia, bangkitlah dari keterpurukan ini. Indonesia memanggilmu...
Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!