Tuesday 5 April 2016

Ketika gerbong kereta terus berjalan, tak ada alasan untuk meloncat keluar. Binasa. Meski lokomotif mengalami kendala gerbong akan tetap mengekornya. Penumpang gerbong memang tak pernah tahu apa yang terjadi di depan sana. Tetap di dalam gerbong kereta adalah keselamatan. Kereta akan tetap berjalan meski masinis harus diganti. Kereta akan tetap berjalan degnan siapa pun yang membersamai.
Kita hanyalah penumpang gerbong kereta. Tetap berada di atasnya akan menampaikan kita pada tujuan mana hendak kita singgahi. Selama perjalanan kita disuguhi pemandangan asri di luaran sana. Lihatlah sungai jernih airnya, persawahan subur dengan angin semilirinya, perkampungan damai nan asri, pegungungan yang kekar dan sejuk udaranya. Janganlah tergoda untuk meloncat keluar dari gerbong yang membawamu. Meski pemandangan di luaran begitu melambai. Turun berarti akan tetinggal. Turun berarti tak akan pernah sampai pada tujuan. Turun berarti akan menikmati pemandangan di luaran. Tetapi sesaat. Dengan berdiam di sana pasti akan ada rasa bosan. Sementara kereta telah jauh meningalkan. Dan dalam dirimu hanya ada penyesalan.
Saudaraku, badai pasti akan selalu menebarkan ancaman. Tapi dia akan berlalu. Malam memang mengancamkan pekat. Tapi fajar pasti menyingsing. Mendung tebal selalu menebarkan teror. Tapi ia akan terhapus oleh rintiknya hujan. Sekuat-kuatnya badai, jangan membuat goyah. Perkuatlah peganganmu. Perkokohlah ikatanmu. Bersabarlah. Maka kau akan jumpai indahnya cuaca selepas badai. Indahnya pagi selepas pekatnya malam. Segarnya hujan selepas mendung tebal yang menyeramkan.
Saudaraku, saat suatu pohon mulai besar. Ia mulai akan berbuah. Sunatullah, bahwa tidak semua buah itu bisa dipetik. Dari mereka akan ada yang jatuh tercecer. Ianya yang jatuh ada yang sejak masih sangat kecil. Ada yang saat mulai membesar. Dan ada pula yang hampir siap petik tetapi malah terjatuh. Berpegangan kuat pada dahan dan ranting adalah mutlak. Karena angin akan terus berembus. Melemahkan kita. Kita akan tetap kuat atau terjatuh?
Saudaraku. Perhatikanlah sebuah taman. Nikmatilah warna-warninya. Cium harumnya yang bermekaran. Rasakan semilir angin dan segarnya hawa di bawah pohon besarnya. Tapi, tahukah engkau bahwa berulang-ulang taman itu mengalami penataan. Ada yang dicabut. Ada yang diganti. Ada yang dipangkas daun-daunnya. Terkadang pun harus dirobohkan pepohonan yang besar. Itulah perawatan. Janganlah hanya karena sering merasakan rindangnya di bawah pohon besar lantas engkau memaki-maki saat pohon itu harus ditebang. Jangan engkau bersungut-sungut saat bunga kesukaanmu harus dipangkas. Jangan engkau mengharu biru saat tanaman yang engkau puja dicabut. Indahnya taman itu akan terjaga dengan hal-hal yang kadang engkau tidak suka. Bersabarlah.
Saudaraku. Kita ingat kisah Khalid. Semua tahu wibawanya memimpin pasukan. Setidaknya musuh gentar melihat bahwa Khalid yang memimpin. Ciut nyali musuh saat melihat bahwa pasukan yang dihadapinya dipanglimai Khalid. Saat seperti itu, sesungguhnya ibarat pedag yang terhunus tinggal menikamkan saja. Kuku yang tajam itu tinggal menancapkannya saja pada mangsa. Tapi tidak. Umar Sang Khalifah justeru memberhentikan Khalid saat dia sedang terhunus pedangnya. Andai Engkau sebagai pasukan, apakah akan keluar barisan dan lari dari pertempuran saat mendengar diundurnya Khalid? Padahal lari dari perang yang berkecamuk adalah dosa besar. Tsabatlah.
Saudaraku. Jangan karena ada sosok yang kau kagumi engaku berbaris rapi pada barisan. Tapi ikhlaskanlah karena Allah swt. Jangan karena mundur atau digantikannya pemimpin peleton Engkau menjadikannya pembenaran untuk keluar dari barisan. Jangan biarkan hawa nafsumu menemukan alasan untuk berhenti.  Sesungguhnya Engkau tahu bahwa hati-hati ini berpadu. Kuatkanlah ikatannya. Murnikan cintanya.

Categories: ,

0 komentar:

Post a Comment

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!