Tuesday 14 June 2011

Majalah Tarbawi Edisi 214 Th. 11 Dzulqa’idah 1430 H/ 5 November 2009 M

Setiap saat, dalam perjalanan hidup yang panjang, kita selalu menemukan satu per satu rahasia kehidupan. Setiap satu rahasia yang kita temukan, menambah pengetahuan kita tentang hidup. Setiap kali pengetahuan kita bertambah, kita menjadi lebih arif dan bijaksana.

Situasi itulah yang terekam dalam salah satu warisan hikmah orang Arab. Mereka mengatakan, sebodoh-bodohnya manusia , umur akan tetap membuatnya lebih bijaksana. Kebijaksanaan terbentuk dari akumulasi informasi yang membentuk pengetahuan kita tentang hidup. Karena sifatnya yang akumulatif, maka kesadaran hidup kita tidak akan bisa terbentuk seketika. Karena tidak terbentuk seketika, maka sikap hidup kita berubah dari waktu ke waktu.

Tapi kapankah pengetahuan kita tentang hidup menjadi sempurna dan lengkap? Atau, pertanyaan yang lebih mendasar lagi, bisakah pengetahuan kita tentang hidup sempurna dan lengkap? Jawabannya pasti. Tidak. Tidak akan pernah bisa pengetahuan kita tentang hidup ini menjadi sempurna dan lengkap. Salah satu sebabnya karena Allah setiap saat menciptakan makhluk-makhluk baru, baik manusia, hewan dan tumbuhan, atau benda-benda lain di alam raya ini, atau ciptaan-ciptaan yang tak terlihat seperti pikiran-pikiran dan ide-ide baru.

“Dan Tuhan-Mu menciptakan apa saja yang Dia kehendaki dan memilih dari ciptaan-ciptaan itu.”

Setiap ciptaan baru tentu saja menciptakan fakta baru, yang kemudian terintegrasi ke dalam fakta-fakta yang ada sebelumnya, lalu terjadilah rekonfigurasi keseluruhan fakta-fakta itu.

Itulah yang menjelaskan mengapa pengetahuan itu bersifat akumulatif, dan harus diwariskan secara turun temurun agar kita tidak setiap saat harus memulainya dari awal. Itu juga yang menjelaskan mengapa pengetahuan, seperti kata Ibnul Jauzi, harus diikat dengan tulisan; tulisan membuat pewarisannya menjadi lebih mudah. Warisan pengetahuan dari peradaban Yunani, Romawi dan Islam secara akumulatif diwarisi oleh Barat Sekarang, dan lahirlah wajah peradaban baru seperti yang sekarang kita saksikan.

Karena pengetahuan kita tentang hidup ini tidak akan pernah sempurna dan lengkap, maka kesadaran hidup kita juga tidak akan pernah sempurna dan lengkap. Maka manusia kepada hidup, seperti tiga orang buta yang melukiskan gajah dari sudut yang mereka pegang. Ini adalah lukisan yang tidak selesai. Dan tidak akan pernah selesai.

Sebab Allah sendiri yang mengatakan bahwa:

“Tiadalah kamu diberi pengetahuan kecuali hanya sedikit saja.”

Maka proses pembelajaran juga tak boleh selesai. Pepatah lama itu rasanya teramat bijak;”tuntutlah Ilmu dari buaian hingga liang lahat.”
Categories:

0 komentar:

Post a Comment

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!