Besarnya empati rakyat Indonesia kembali terbukti terketika Darsem, TKW asal
Jawa Barat, menjalani masa hukumannya di Arab Saudi yang konon sedang
menanti eksekusi hukuman pancung kepadanya. Tuduhan yang diterima Darsem
adalah karena dia melakukan pembunuhan terhadap majikannya. Nyawa anak
negeri seolah tak dihargai di negeri orang. Sungguh ironis. Negeri dengan umat
muslim terbanyak ini seolah tak memiliki kewibawaan yang membuat negeri
seberang sana menaruh hormat. Terbukti dakwaan pembunuhan pun sudah menanti
Darsem, yang konon dia melakukan pembunuhan hanya karena membela diri dari
usaha perkosaan yang akan dilakukan majikannya. Kita yakin bahwa pihak
manapun akan membela Darsem ketika dia mendapakan perlakuan yang demikian
dari Pemerintah Arab Saudi itu.
Publik Indonesia secara serentak melakukan pembelaan terhadap Darsem. Apapun
yang dapat mereka lakukan untuk mendukung Darsem. Dari mulai demo di kedubes
Arab Saudi di Indonesia, demo di jalan-jalan, membuat tulisan di media, melakukan
doa bersama, mengumpulkan uang untuk darsem, dan lain-lain. Pemerintah pun
akhirnya memberikan perlindungannya kepada salah satu anak negeri ini.
Pemerintah melakukan mediasi dengan pihak Arab Saudi untuk Darsem. Akhirnya
dihasilkan kesimpulan bahwa Darsem bisa bebas dari hukuman pancung tapi harus
membayar denda sekitar 4,6 milyar rupiah. Jelas untuk ukuran TKW seperti
Darsem, denda itu serasa mustahil dipenuhi.
Tanah air menyambut keputusan itu dengan berbagai reaksi. Di antaranya adalah
pengumpulan uang secara mendadak oleh rakyat yang akan disumbangkan untuk
Darsem. Untuk memenuhi denda yang dilayangkan kepadanya. Akan tetapi
pemerintah tidak tinggal diam. Pemerintah segera menebus denda Darsem dengan
uang negara. Sementara uang sumbangan dari rakyat yang telah terkumpul
kemudian tetap diberikan kepada Darsem.
Sampai di sini, kita pasti terhenyak dan terenyuh melihat empati rakyat Indonesia
yang begitu besar terhadap saudaranya setanah air itu. Itu bukti keikhlasan mereka
untuk sebuah persaudaraan. Seolah hendak membuktikan bahwa kita, rakyat
Indonsia, memiliki ikatan yang kuat. Kita saling menanggung, saling berbagi, saling
menyayangi. Ukhuwah itu masih ada pada kita.
Kemudian, setelah Darsem berhasil pulang. Sambutan haru begitu bergema.
Sambutan untuk saudara yang berhasil lolos dari lubang jarum. Ucapan selamat
mengalir untuk Darsem. Air mata mengalir untuk jiwa yang berhasil pulang tinggal
nama. Darsem pulang ke Subang, Jawa Barat dengan selamat.
Dengan uang bermilyar sumbangan dari saudaranya setanah air, ia menjalani
kehidupan barunya. Dia gunakan uang itu untuk kebutuhannya. Ia membeli
perhiasan, tanah, membangun rumah, mempersiapkan pesta khitan anaknya. Dan
tetangga Darsem pun akhirnya antipatik terhadap kelakuan Darsem. Mereka
menganggap Darsem ini tidak tahu diri.
Sungguh bisa dipahami ketika tetangga Darsem menganggapnya tidak tahu diri.
Karena kelakuan Darsem yang kemudian bergaya hidup gelamor jika dibanding
tentangga kanan kiri yang barang kali ikut juga menyumbang seperak dua perak itu.
Memang hak Darsem digunakan untuk apa uang yang ada di tangannya itu. Akan
tetapi dia tidak tahu diri. Dia tidak peka. Darsem tidak tahu cara berterima kasih kepada sekian
banyak orang yang rela mengumpulkan rupiah demi rupiah untuknya. Andai Darsem
tidak semencolok itu dalam membelanjakan uang sumbangan itu, tentu tak ada
reaksi yang demikian buruk dari masyarakat.
Akan tetapi bagaimanapun juga, itu uang Darsem pribadi. Kalau tanpa
memerhatikan dari mana asalnya, barangkali tidak akan ada masalah. Juga perlu
diperhatikan adalah jangan sampai berlebihan menanggapi "ulah" Darsem. Itu ujian
untuk sebuah keikhlasan. Agama mengajarkan bahwa keikhlasan adalah tidak
mengungkit-ungkit pemberian atau kebaikan yang pernah kita lakukan. Biarlah
Darsem dengan kontroversinya. Tapi kita lebih layak menunjukkan keikhlasan kita.
Sehingga itu akan menggambarkan bagaimana kepribadian kita, keikhlasan kita.
Darsem yang dengan kontroversinya, barangkali juga simbol untuk rakyat di negeri
ini. Nah, kita dituntut pembuktian. Apakah kita-kita ini jiwa dengankeikhlasan dan
kelapangan atau jiwa-jiwa yang terwakili oleh sebuah simbol: Darsem.
0 komentar:
Post a Comment