Sunday, 1 April 2012

Kemerosotan moral yang dialami negeri ini sangat drastis. Beberapa indikatornya adalah betapa korupnya setiap lini entah pemerintah atau swasta, perilaku pejabat publik yang tak wajar, langkanya sikap disiplin dan tanggung jawab pada seorang anak bangsa, hilangnya budaya gotong royong dan kekeluargaan dan suburnya ketegangan antar warga, tawuran pelajar, perzinaan yang merajalela, dan masih banyak lagi.
Berbagai permasalahan dan kemunduran negeri ini salah satunya disebabkan oleh sistem pendidikan di Indonesia. “Pendidikan memang telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber daya manusia Indonesia untuk pembangunan bangsa”(Kusumadewi: 2007). Jika pendidikan tidak maju maka pembangunan bangsa akan terhenti atau malah terjadi kemunduran. Kalau saat ini dirasa bahwa Indonesia jauh tertinggal dari negara-negara lain maka pendidikanlah yang salah satunya bisa dikoreksi.
Potret Pendidikan di Indonesia 
Memang tidak bisa dipungkiri bahwa ada anak-anak negeri ini yang mampu mencuri perhatian kita dengan prestasinya di berbagai bidang. Misalkan juara olimpiade sains tingkat Asia atau dunia, juara kompetisi robot, anak SMK yang mampu membuat mobil, serta beberapa prestasi yang lain. Namun, di balik  secuil kegemilangan itu ada sedemikian banyak permasalahan dalam dunia pendidikan Indonesia. Perilaku tidak terpuji di kalangan pelajar dan mahasiswa sangat mudah ditemui.  Pelajar yang terlibat tawuran, melakukan tindakan kriminal, pencurian penodongan, penyimpangan seksual, menyalahgunakan obat-obatan terlarang dan sebagainya. Perbuatan tidak terpuji yang dilakukan para pelajar tersebut benar-benar telah meresahkan masyarakat dan memperburuk citra pendidikan di Indonesia. Belum lagi permasalahan seperti pelaksanaan ujian nasional yang tidak jujur, manipulasi data agar peserta didik bisa masuk SNMPTN melalu jalur undangan (Sudaryanto: 2012), pemalsuan dokumen pendidikan, penilaian hasil belajar yang mengandung kecurangan, penyelewengan dana pendidikan dan masih banyak lagi. Semua itu bisa-bisa akan menghilangkan kepercayaan masyarakat pada dunia pendidikan.  Jika keadaan ini tidak segera diupayakan untuk mencari solusi, maka bisa dikatakan mustahil untuk memperbaiki moral bangsa dari dunia pendidikan.
Sistem Pendidikan Sekuler-Materialistik
Sistem pendidikan yang diterapkan di Indonesia pada saat ini adalah sistem pendidikan yang sekular-materialistik" (Farida, 2010).  Hal ini terbukti dengan adanya dikotomi antara pendidikan agama yang dikelola oleh Kementrian Agama dan pendidikan umum yang dikelola oleh Kementrian Pendidikan Nasional. Walaupun memang ada upaya untuk menutup ini dengan dimasukkannya mata pelajaran pendidikan agama pada satuan pendidikan umum dengan porsi yang sangat sedikit. Sistem pendidikan sekuler-materialistik ini terbukti gagal menghasilkan output sebagaimana yang dicita-citakan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional: mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi luhur.
Pendidikan sekuler-materialistik ini menghasilkan insan yang sekuler materialistik pula. Orang-orang yang sekuler-materialistik jika mendapat amanah atau menduduki posisi jabatan tertentu maka rusaklah tatanan atau sistem itu. Karena orang yang sekuler materialistik cenderung mengabaikan pertimbangan moral dan etika sehingga sangat mudah baginya untuk korupsi, kolusi, nepotisme, menghalalkan segala cara, “asal bapak senang”, dan lain-lain. Kalau sudah demikian, maka bukan kemajuan yang dicapai suatu bangsa tapi justeru sebaliknya, kemunduran dan krisis multidimensi yang sampai pada tataran menimbulkan pesimistis bagi setiap cendekiawan yang ingin membangun dan memajukan bangsa.
Dari Insan Cendekia untuk Pembaharuan Pendidikan di Indonesia
Belum mampunya sistem pendidikan yang ada di Indonesia saat ini untuk mewujudkan cita-cita pendidikan nasional, mengundang berbagai fihak untuk yang peduli untuk memberkan sumbangsihnya. INSAN CENDEKIA mempunyai komitmen dan cita-cita luhur untuk membantu terwujudnya tujuan pendidikan nasional tersebut. 
Sebagai wujud komitmennya, maka mulai tahun pelajaran 2010/2011 telah membuka lembaga pendidikan tingkat menengah yaitu SMP dan SMA Insan Cendekia Al Mujtaba Surakarta. SMP dan SMA ini mempunyai ciri khas yaitu Unggul dalam IPTEK (ilmu pengetahuan dan teknologi) dan IMTAQ (iman dan taqwa).” (http://insancendekiaska.org/profil)

INSAN CENDEKIA memberikan kontribusi riil dengan membuka sekolah-sekolah yang salah satunya adalah SMP-SMA INSAN CENDEKIA Al MUJTABA SURAKARTA. Sebuah Sekolah yang menghapus dikotomi pendidikan dan meninggalkan sistem pendidikan sekuler-materialistik. Sebuah sekolah yang menyatukan sisi iman dan takwa (moral) dengan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam sistem pendidikannya.  Hal ini bisa dilihat dari kurikulum yang digunakan INSAN CENDEKIA: kurikulum dinas yang diperkaya  sesuai visi dan misi INSAN CENDEKIA. Kurikulum INSAN CENDEKIA disusun dengan mengintegrasikan ilmu pengetahuan dan teknologi dan nilai-nilai ajaran islam menjadi satu standar kurikulum yang bercirikan: 
1. Ta’lim, yaitu pendidikan yang menitikberatkan masalah pada pendidikan, penyampaian informasi dan pengembangan ilmu.
2. Tarbiyah, yaitu pendidikan yang menitikberatkan masalah pada pendidikan, pembentukan, dan pengembangan pribadi, serta pembentukan dan pengembangan kode etik.
3. Ta’dib, yaitu pendidikan yang memandang bahwa proses pendidikan merupakan usaha yang mencoba membentuk keteraturan susunan ilmu yang berguna bagi dirinya sebagai seorang muslim. (http://insancendekiaska.org/kurikulum)
Sekolah yang dengan konsep seperti inilah yang membuka kembali optimisme anak bangsa untuk memajukan Indonesia. INSAN CENDEKIA bersama-sama dengan lembaga pendidikan lain yang mengintegrasikan nilai-nilai Islam dengan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) memberi contoh nyata untuk sebuah pembaharuan pendidikan di Indonesia.
Pelaksanakan kurikulum integratif tersebut, INSAN CENDEKIA mewujudkannya dalam kegiatan pembelajaran yang modern dan inovatif. Di antara contohnya adalah dilaksanakannya kegiatan penunjang yang meliputi:
1.    Responsi yaitu kegiatan berstruktur guna meningkatkan penguasaan konsep dan melatih keterampilan siswa.
2.    Klinik Mata Pelajaran yaitu program pengajaran remedi guna mencapai ketuntasan belajar
3.    Belajar Mandiri Malam Hari di Rumah yang dipantau melalui tugas dan PR yang terencana
4.    Sistem Evaluasi menggunakan standar sekolah unggul Insan Cendekia
5.    Klub Bidang Studi yaitu program pengayaan bagi siswa yang memiliki kemampuan tinggi pada bidang studi tertentu. (http://insancendekiaska.org/kegiatan-penunjang)
INSAN CENDEKIA menerapkan kegiatan belajar mengajar modern dengan berbasis ICT dengan berbagai motode. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi pembelajaran. Sehingga penerapan kurikulum integratif akan semakin menyasar tepat pada tujuan. Untuk menopang kebutuhan ini, INSAN CENDEKIA yang membangun sekolah di atas tanah seluas sekita 1 Ha di Jl. Ovensari, Kadilangu, Baki, Sukoharjo, Jawa Tengah, telah memiliki berbagai fasilitas agar kegiatan belajar mengajar menjadi kondusif.
1.    Kelas lengkap dengan AC, komputer dan LCD Projector
2.    Laboratorium (IPA, Bahasa, Komputer)
3.    Perpustakaan sebagai salah satu sumber belajar
4.    Fasilitas Olahraga (http://insancendekiaska.org/fasilitas)
Fasilitas yang memadai dari INSAN CENDEKIA
Ketertinggalan bangsa Indonesi dari bangsa-bangsa lain di berbagai bidang menjadikan INSAN CENDEKIA terpanggil untuk memberikan sumbangsih untuk kemajuan bangsa . Bukan hanya sekadar teori atau wacana untuk membangun bangsa dengan memajukan pendidikan Indonesia. Namun, berbagai langkah INSAN CENDEKIA dalam bidang pendidikan yang telah dilakukan selama ini merupakan tindakan nyata dari INSAN CENDEKIA untuk Pembaharuan Pendidikan di Indonesia.

Wonogiri, 1 April 2012
Dwi Wahyudi




Daftar Pustaka   
Farida Nuraini. 2010. Kelemahan Sistem Pendidikan di Indonesia. (http://farida90.blogspot.com/2010/01/kelemahan-sistem-pendidikan-di.html, diakses pada 31 Maret 2012 Pukul 21.40 WIB)

Kusumadewi Priraharjo. 2007. Masalah Pendidikan di Indonesia.  (http://sayapbarat.wordpress.com/2007/08/29/masalah-pendidikan-di-indonesia/, diakses pada 31 Maret 2012 Pukul 21.30 WIB)

Sudaryanto. 2012. Sekolah dalam Habituasi Bohong. (SOLOPOS, Kamis Kliwon, 22 Maret 2012)

http://insancendekiaska.org/profil
http://insancendekiaska.org/kurikulum
http://insancendekiaska.org/kegiatan-penunjang
http://insancendekiaska.org/fasilitas
Categories:

0 komentar:

Post a Comment

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!