Materi PAI SMP Kelas 7 Semester 1
Standar Kompetensi: 4. Membiasakan perilaku terpuji.
Kompetensi Dasar: 4.1 Menjelaskan pengertian tawaduk, taat, kanaah, dan sabar.
4.2 Menampilkan contoh-contoh perilaku tawaduk, taat, kanaah, dan sabar.
4.3 Membiasakan perilaku tawaduk, taat, kanaah, dan sabar.
1. Pengertian Tawaduk
Secara bahasa, tawaduk artinya rendah hati. Sedangkan menurut istilah, tawaduk berarti sikap dan perilaku yang suka rendah hati baik terhadap sesama manusia maupun terhadap Allah.
Tawaduk bukan berarti rendah diri menghinakan diri atau menganggap diri kita tidak punya kemampuan apa-apa. Akan tetapi tawaduk merupakan perilaku rendah hati, tidak sombong, tidak congkak maupun tidak angkuh. Orang yang berperilaku tawaduk adalah orang yang dapat menjaga diri dari sesuatu yang bisa merugikan dirinya, orang lain, dan masyarakat. Allah swt. berfirman:
Artinya: “Dan hamba-hamba yang baik dari Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang mengandung keselamatan.” (Q.S. Al Furqän/25: 63).
Nabi saw bersabda:
Artinya: “Dari ‘IyaÑ bin Himar berkata; Rasu-lullah saw. bersabda “Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku,” Bertawaduklah supaya tidak ada seorangpun yang menganiaya terha-dap lainnya, dan tidak ada seorang pun yang menyombongkan diri terhadap lainnya.” (H.R. Muslim)
Kebalikan dari tawaduk adalah sifat takabur (sombong), yakni sifat yang membanggakan diri karena menggagap dirinya lebih baik, lebih kaya, lebih pandai sehingga meremehkan orang lain.
2. Contoh Perilaku Tawaduk
Perhatikan contoh perilaku tawaduk berikut ini!
3. Ciri-Ciri Orang yang Tawaduk
Ciri-ciri orang yang tawaduk antara lain:
a. tidak menonjolkan dirinya sendiri,
b. menghormati dan menghargai orang lain,
c. menjunjung tinggi orang yang berstatus sosialnya lebih rendah atau sederajat,
d. menghormati orang yang berilmu,
e. mau duduk berdampingan dengan orang lain tanpa memandang status sosial,
f. tidak malu atau gengsi terhadap apa yang dimiliki atau yang dipakainya.
4. Akibat Perilaku Sombong
Kebalikan tawaduk adalah sombong. Sifat ini akan berakibat tidak baik, seperti:
a. menimbulkan suatu perpecahan dalam pergaulan,
b. dibenci oleh Allah, teman, dan lawan,
c. di hari kiamat tidak disapa serta tidak mendapat rahmat dari Allah swt.,
d. akan terjerumus ke neraka,
e. menghilangkan kepercayaan orang lain,
f. tidak akan masuk surga.
1. Pengertian Taat
Secara lugah, taat berasal dari tä‘a atau aÓä‘a yang artinya patuh. Sedangkan menurut istilah, taat adalah suatu perilaku atau perbuatan yang patuh dan taat terhadap segala peraturan yang ada, baik aturan agama ataupun aturan yang berasal dari masyarakat (adat istiadat) maupun dari negara (undang-undang).
2. Macam-Macam Ketaatan
Ketaatan yang diatur dalam Al Qran ada tiga macam, yakni ketaaatan kepada Allah, rasul-Nya, dan ulil almri. Namun ketaatan yang utama bagi orang mukmin adalah ketaatan kepada Allah dan rasul-Nya.
Allah swt. berfirman:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah rasul-Nya, dan ulil amri di antara kamu.” (Q.S. An Nisä’/4: 59).
a. Taat kepada Allah
Taat kepada Allah artinya patuh menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Taat kepada Allah disebut juga takwa. Sedangkan orang yang bertakwa disebut Muttaqin. Ketaatan kepada Allah bukan hanya akan membawa manusia selamat di dunia, dan akhirat, tetapi juga akan mendapat rahmat Allah swt.
Allah swt. berfirman:
Artinya: “Dan taatilah Allah dan rasul, supaya kamu diberi rahmat.” (Q.S. Äli ‘Imrän/3: 132)
b. Taat kepada Rasul Allah
Rasulullah merupakan manusia pilihan yang telah diberi wahyu oleh Allah untuk disampaikan kepada umatnya, sebagai pedoman dan petunjuk untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Orang mukmin wajib menaati dan mengimani rasul Allah serta menjalankan sunah-sunahnya, agar memperoleh keselamatan dan kebahagiaan di dunia maupun di akhirat.
Wujud dari perilaku taat kepada rasul secara benar adalah menerima dan menjalankan apa-apa yang diperintahkannya, serta meninggalkan semua larangannya.
Allah swt. berfirman:
Artinya: “... Dan apa yang diberikan rasul kepadamu, maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah ...” (Q.S. Al Åasyr: 7).
c. Taat kepada ulil amri
Ulil amri adalah pihak-pihak yang diberi amanah oleh rakyat untuk mengatur jalannya pemerintahan, membuat undang-undang dan melindungi hak-hak rakyat dalam sebuah negara.
Taat kepada Ulil Amri berarti menghormati setiap kebijakan pemerintah yang dikeluarkan untuk kesejahteraan rakyat. Wujud ketaatan kepada pemerintah misalnya membayar pajak, melaksanakan peraturan-peraturan dan lain-lain. Batasan taat kepada ulil amri adalah kita hanya terhadap aturan-aturan pemerintah yang tidak menyimpang dari ajaran Islam.
Nabi saw. bersabda:
Artinya: “Tunduk dan patuh wajib atas seorang muslim dalam perkara yang disenangi atau dibenci, selama tidak diperintah dengan kemaksiatan. Apabila diperintah dengan kemaksiatan maka tidak diperkenankan untuk tunduk dan patuh.” (H.R. al Bukhari).
Standar Kompetensi: 4. Membiasakan perilaku terpuji.
Kompetensi Dasar: 4.1 Menjelaskan pengertian tawaduk, taat, kanaah, dan sabar.
4.2 Menampilkan contoh-contoh perilaku tawaduk, taat, kanaah, dan sabar.
4.3 Membiasakan perilaku tawaduk, taat, kanaah, dan sabar.
1. Pengertian Tawaduk
Secara bahasa, tawaduk artinya rendah hati. Sedangkan menurut istilah, tawaduk berarti sikap dan perilaku yang suka rendah hati baik terhadap sesama manusia maupun terhadap Allah.
Tawaduk bukan berarti rendah diri menghinakan diri atau menganggap diri kita tidak punya kemampuan apa-apa. Akan tetapi tawaduk merupakan perilaku rendah hati, tidak sombong, tidak congkak maupun tidak angkuh. Orang yang berperilaku tawaduk adalah orang yang dapat menjaga diri dari sesuatu yang bisa merugikan dirinya, orang lain, dan masyarakat. Allah swt. berfirman:
Artinya: “Dan hamba-hamba yang baik dari Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang mengandung keselamatan.” (Q.S. Al Furqän/25: 63).
Nabi saw bersabda:
Artinya: “Dari ‘IyaÑ bin Himar berkata; Rasu-lullah saw. bersabda “Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku,” Bertawaduklah supaya tidak ada seorangpun yang menganiaya terha-dap lainnya, dan tidak ada seorang pun yang menyombongkan diri terhadap lainnya.” (H.R. Muslim)
Kebalikan dari tawaduk adalah sifat takabur (sombong), yakni sifat yang membanggakan diri karena menggagap dirinya lebih baik, lebih kaya, lebih pandai sehingga meremehkan orang lain.
2. Contoh Perilaku Tawaduk
Perhatikan contoh perilaku tawaduk berikut ini!
3. Ciri-Ciri Orang yang Tawaduk
Ciri-ciri orang yang tawaduk antara lain:
a. tidak menonjolkan dirinya sendiri,
b. menghormati dan menghargai orang lain,
c. menjunjung tinggi orang yang berstatus sosialnya lebih rendah atau sederajat,
d. menghormati orang yang berilmu,
e. mau duduk berdampingan dengan orang lain tanpa memandang status sosial,
f. tidak malu atau gengsi terhadap apa yang dimiliki atau yang dipakainya.
4. Akibat Perilaku Sombong
Kebalikan tawaduk adalah sombong. Sifat ini akan berakibat tidak baik, seperti:
a. menimbulkan suatu perpecahan dalam pergaulan,
b. dibenci oleh Allah, teman, dan lawan,
c. di hari kiamat tidak disapa serta tidak mendapat rahmat dari Allah swt.,
d. akan terjerumus ke neraka,
e. menghilangkan kepercayaan orang lain,
f. tidak akan masuk surga.
1. Pengertian Taat
Secara lugah, taat berasal dari tä‘a atau aÓä‘a yang artinya patuh. Sedangkan menurut istilah, taat adalah suatu perilaku atau perbuatan yang patuh dan taat terhadap segala peraturan yang ada, baik aturan agama ataupun aturan yang berasal dari masyarakat (adat istiadat) maupun dari negara (undang-undang).
2. Macam-Macam Ketaatan
Ketaatan yang diatur dalam Al Qran ada tiga macam, yakni ketaaatan kepada Allah, rasul-Nya, dan ulil almri. Namun ketaatan yang utama bagi orang mukmin adalah ketaatan kepada Allah dan rasul-Nya.
Allah swt. berfirman:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah rasul-Nya, dan ulil amri di antara kamu.” (Q.S. An Nisä’/4: 59).
a. Taat kepada Allah
Taat kepada Allah artinya patuh menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Taat kepada Allah disebut juga takwa. Sedangkan orang yang bertakwa disebut Muttaqin. Ketaatan kepada Allah bukan hanya akan membawa manusia selamat di dunia, dan akhirat, tetapi juga akan mendapat rahmat Allah swt.
Allah swt. berfirman:
Artinya: “Dan taatilah Allah dan rasul, supaya kamu diberi rahmat.” (Q.S. Äli ‘Imrän/3: 132)
b. Taat kepada Rasul Allah
Rasulullah merupakan manusia pilihan yang telah diberi wahyu oleh Allah untuk disampaikan kepada umatnya, sebagai pedoman dan petunjuk untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Orang mukmin wajib menaati dan mengimani rasul Allah serta menjalankan sunah-sunahnya, agar memperoleh keselamatan dan kebahagiaan di dunia maupun di akhirat.
Wujud dari perilaku taat kepada rasul secara benar adalah menerima dan menjalankan apa-apa yang diperintahkannya, serta meninggalkan semua larangannya.
Allah swt. berfirman:
Artinya: “... Dan apa yang diberikan rasul kepadamu, maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah ...” (Q.S. Al Åasyr: 7).
c. Taat kepada ulil amri
Ulil amri adalah pihak-pihak yang diberi amanah oleh rakyat untuk mengatur jalannya pemerintahan, membuat undang-undang dan melindungi hak-hak rakyat dalam sebuah negara.
Taat kepada Ulil Amri berarti menghormati setiap kebijakan pemerintah yang dikeluarkan untuk kesejahteraan rakyat. Wujud ketaatan kepada pemerintah misalnya membayar pajak, melaksanakan peraturan-peraturan dan lain-lain. Batasan taat kepada ulil amri adalah kita hanya terhadap aturan-aturan pemerintah yang tidak menyimpang dari ajaran Islam.
Nabi saw. bersabda:
Artinya: “Tunduk dan patuh wajib atas seorang muslim dalam perkara yang disenangi atau dibenci, selama tidak diperintah dengan kemaksiatan. Apabila diperintah dengan kemaksiatan maka tidak diperkenankan untuk tunduk dan patuh.” (H.R. al Bukhari).
0 komentar:
Post a Comment